Kamis, 01 Desember 2011

Cerita Kajian di Pagi Hari

Oleh : Tulus Prasetyo (Penerima Beastudi Sukses Dompet Dhuafa)


Di minggu pagi yang cerah di kota pelajar, aku langkahkan kaki ke griya asri ( sebuah tempat yang digunakan para santri untuk belajar). Dengan semangat membara memenaskan seluruh tubuh aku bergabung dengan teman – teman yang telah membentuk formasi melingkar dan menenangkan diri dengan membaca Al – Qur’an agar siap lebih menerima nasehat dari ust. Tidak lama kemudian ust. yang kami tunggu kedatangannya mengucap salam, “Assalamu’alaiykum”, kami serentak menjawab, wa’alayikumsalam warahmatullah.

Dengan wibawa ust. membuka kajian, didahului dengan moqodimah yang singkat tapi padat akan makna. Sedikit terdengar ust. memberikan tekanan – tekanan dalam kata – kata “ilmu”, tiba – tiba setelah itu, beliau mengeraskan suaranya dan mengajukan pertanyaan pada teman yang duduk disampingku, “ya akhy, apa ilmu itu?,,. Wajah temanku memerah dan tersenyum malu tidak berani menjawab, begitu juga dengan diriku, ikut merasakan panik kalau – kalau pertanyaan dialihkan kepada ku.




Alhamdulilah... ust. menerangkan, “Yang dimaksud ilmu adalah mengetahui sesuatu dengan apa adanya, tidak menambah dan tidak pula mengurangi. Apabila satu ditambah satu sama dengan dua itulah ilmu, penegertian itu menurut istilah/etimologi sedangkan menurut syariat bisa dijelaskan melalui nukilan –nukilan dari ulama. Berkata Abdullah bin umar ra ; ilmu itu ada tiga, kitab yang berbicara (Al-Qur’an), sunnah yang berlaku, dan perkataan saya tidak tahu. ( tiba – tiba teman di depanku menyela “ afwan ust. tolong dijelaskan tentang perkataan saya tidak tahu, kenapa termasuk ilmu? )
Menjawab dengan bersimpul senyum,
“tadi sudah ana jelaskan bahwa ilmu itu mengatakan sesuatu dengan apa adanya, Jika seseorang yang tidak tahu sesuatu, kemudian ditanya sesuatu dan dia menjelaskan sesuatu, maka yang seperti ini tidak termasuk ilmu, melainkan perkataan orang bodoh yang berdusta. Yang baik adalah seseorang yang tidak tahu sesuatu, kemudian ditanya sesuatu, dan dia mengatakan saya tidak tahu, maka itulah ilmu, karena hakekatnya dia telah mengatakan sesuatu dengan apa adanya.”


........................................................................................................................................................................
Ust. melanjutka dengan bertanya “bagaimana hukum menuntut ilmu agama?, (dari semua peserta yang mengikuti kajian menjawab) wajib ust. kemudia ust. dengan sopan mengatakan “ afwan akhy, jawaban antum belum tepat?”, (kami semua tercengang, ana pun juga bertanya – tanya, ‘kalau ndak wajib apa yah?’ bukankah menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim!? Gimana yah.....’)
Dalam sebuah hadist dijelaskan, dari Anas Bin Malik berkata Rusulullah Shollallahu Alaihi Wasallam bersabda “ menuntut ilmu fardu bagi setiap muslim “, “Fardu” menurut keadaan yang berlaku,  maksudnya jika seseorang sudah siap untuk berhaji, menjadi wajib baginya untuk belajar rukun – rukun ibadah haji, jika tidak belajar rukun – rukun ibadah haji maka dia berdosa. Karena kalau dia menunaikan ibadah haji akan salah semua rukun – rukunya. Atau seorang anak yang sudah mimpi basah maka saat itu wajib untuk belajar sholat dari A samapai Z, ataupun sesorang yang kaya raya maka hukum belajar ilmu zakat menjadi wajib baginya, dan tidak wajib bagi orang miskin (fardu kifayah). Hukum yang seperti ini dinamakan wajib bikhasabihi, yaitu wajib sesuai dengan keadaan.
.......................................................................................................................................................................
Ust. meniggikan suara dan melanjutkan materi,
“ materi selanjutnya tentang keutamaan ilmu,”
1.    Ilmu termasuk amal jariyah
 Dalam shahih Muslim, dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallahu Alaihi wasallam bersabda: “ Jika manusia meninggal maka terputus amalnya kecuali 3 perkara yakni sadaqah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang shaleh.”
Sesuai dengan hadist tersebut, bila dibandingkan dengan antum semua gimana keadaan antum?, amal jariyah? Bukankah antum masih minta transferan uang saku dari rumah?, doa anak yang sholeh? jelas tidak mungkin,.. ( semua ikhwah menahan tawa dengan analogi ust. yang agak menyindir tapi berisi kebenaran)
‘dengan keadaan yang seperti itu, kesempatan antum yang paling bisa dioptimalkan untuk sekarang adalah ilmu yang bermanfaat, maka tuntutlah ilmu yang bermanfaat itu, jangan sia – sia kan waktu muda mu hanyak untuk hal – hal yang sepele dan rendah, sehingga apabila antum ditakdirkan dijemput oleh malaikat maut besuk pagi antum memiliki satu tabungan amal yang terus mengalir berupa ilmu yang bermanfaat.’
2.    Ilmu sebagai pondasi amal
Bagaimana pendapatmu akhy? yang paling baik kita sholat dulu kemudian belajar sholat atau belajar  sholat dulu kemudian mengerjakan sholat. Ya.. tentulah yang paling baik adalah belajar sholat dulu baru mengerjakan sholat, karena ilmu harus mendahului amalan, “ilmu sebelum perkataan dan perbuatan”,. Bisa dilihat apa jadinya jika kita membangun rumah dulu baru belajar teknik membangun rumah?, apakah rumahnya jadi?, iya rumahnya memang jadi, tapi bagaimana dengan hasilnya?.
‘Maka ketahuilah, bahwa tidak ada Tuhan (yang patut disemba) selain Allah,....... (Qs. Muhammdad         ( 47) :19)
Dalam ayat tersebut Allah menyeru kita untuk mengetahui (memahami, mengilmui, & mempelajari) bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah.


3.    Setara dengan jihad
“Dan tidak sepatutnya orang – orang mukmin itu semuanya pergi ke medan perang. Mengapa sebagian dari setiap golongan diantara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuaan agama mereka untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali agar mereka dapat menjaga dirinya” ( Qs. At – Taubah  (9): 102)
4.    Ilmu merupakan makanan ruh
Manusia bukan hanya merupakan syestem biologis saja, akan tetapi juga memiliki syestem ruhiyah (jiwa), dan keduanya sama – sama memiliki kebutuhan, kebutuhan dasar jasmani akan makanan merupakan suatu yang penting, jika tidak terpenui tubuh akan lemas dan tidak berdaya bisa – bisa akan mengarah ke kematian. Lalu bagaimana dengan kebutuhan makan jiwa kita? Apakah antum sering memperhatikan?, antum kira jiwa antum ndak butuh makan?.. ( ust. membuat pertanyaan – pertanyaan untuk menkondisikan suasana karena sebagian ikhwah banyak yang ngantuk),
Sebagaimana perkataan Imam Ahmad yang dinukil oleh Ibnu Qayyim dalam kitabnya “ manusia itu lebih membutuhkan ilmu daripada makanan karena makanan tubuh itu dibutuhkan 2 atau 3 kali, sementara ilmu itu dibutuhkan setiap saat”.
Makan untuk jasmani memang penting, tapi ada yang lebih penting dari makan tubuh, ya.. makanan untuk jiwa, karena bila jiwa tidak makan akan menyebabkan kelemahan dan kelemahan jiwa akan membawa keburukan. Dan makanan jiwa adalah ilmu.
5.    Allah memerintahkan Nabinya untuk meminta tambahan ilmu
Sebagaimana yang terdapat dalam Qs. Thaha (20) : 114.
 “Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenar – benarnya. Dan janganlah engkau tergesa-gesa membaca Al-Qur’an  sebelum selesai diwahyukan kepada mu, dan katakanlah, ‘Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku.”
6.    Tidak berkurang dengan dibagikan bahkan bertambah.
Dalam atsar Ali bin Abi Thalib disebutkan bahwa “ Beliau lebih mengutamakan ilmu daripada harta karena 2 sebab yakni, ilmu itu menjaga kita sedangkan harta kita yang menjaganya, dan harta jika dibagikan akan berkurang sementara ilmu ketika dibagikan akan bertambah.”
Ust. menambahkan, jika orang yang berharta ditelanjangi dari hartanya maka tidak ada kehormatan dan kemuliaan pada dirinya, karena kemuliaan dan kehormatanya ada pada hartanya. Orang – orang menghormatinya karena hartanya, maka apabila hartanya sudah habis akan habis pula penghormatan pada dirinya. Sedangkan orang yang berilmu, ilmunya dihatinya, tidak bisa dicuri oleh orang lain, walaupun orang menelanjanginya ilmunya tetap menempel pada hatinya.

Seperti apa yang dikatakan Ibnu Taimiyah ketika ia dijebloskan ke penjara oleh rezim yang hidup di masanya;
“Apa yang dapat dilakukan oleh musuhku!,Sesungguhnya surgaku ada di hatiku.
 Ke manapun aku pergi dia selalu bersamaku.
Apabila aku dipenjara maka itu adalah khalwatku (berduan-duaan) dengan Allah bagiku,
 Apabila aku dibunuh maka syahadah (kesyahidan) bagiku,
 Dan apabila aku diusir maka itu merupakan syiyahah (perjalanan di jalan Allah) bagiku.


Begitulah kajian di pagi itu, semua yang hadir bergembira dan nampak lebih cerah wajahnya, berseri -  seri meninggikan cita – cita dan menambah motivasi. Saya bersyukur sekali dengan kajian ini, membuka mata saya bahwa ilmu akan lebih bermanfaat dari pada harta, dan harta akan lebih baik jika berada di tangan – tangan orang berilmu. Semoga sepenggal cerita ini bermanfaat untuk kita semua.

Sumber gambar : http://1.bp.blogspot.com/-2PRLfRzBJVI/Tf-yV083ISI/AAAAAAAAADk/A3JMAzk3O2A/s1600/motivasi-belajar-dari-kesalahan.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar